Sejarah
Pendirian perguruan tinggi oleh sebuah “Yayasan Pendidikan” di daerah kota kecil, merupakan langkah perjuangan mulia dan strategis sebagai upaya pemerataan dalam pelayanan dan peningkatan pendidikan, sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat sekarang dan masa yang akan datang. Pendiriannya disamping memerlukan pengorbanan materi juga harus didasarkan pada konsep pemikiran mendalam dan futuristik , agar diperoleh kejelasan arah-tujuan yang ingin dicapai dan jalan mana yang akan dilalui.
Kejelasan konsep tersebut berfungsi sebagai penunjuk arah seluruh kegiatan yang dilaksanakan dan pengembangannya, serta sekaligus dijadikan sebagai sumber inspirasi dan kekuatan penggerak bagi semua komponen penyelenggara pendidikan yang terlibat didalamnya. Dengan konsep tersebut diharapkan dapat menjadi dasar pedoman operasional dalam penyelengaraan proses pendidikan dan dapat menjadi dasar dalam upaya melakukan pengembangan selanjutnya dimasa yang akan datang.
Oleh karena itu konsep dasar pendidikan STAIKAP ini mestilah dimengerti dan dipahami bersama oleh semua pihak yang terkait dan berkepentingan mulai dari Yayasan pendiri (YMI- Wonopringgo), para pengelola dengan jajaran stafnya, segenap dosen dan semua mahasiswanya serta masyarakat pada umumnya.
Sekolah Tinggi Agama Islam “Ki Ageng Pekalongan” Yayasan Madrasah Islamiyah Wonopringgo-Pekalongan, selanjutnya disingkat dengan nama “STAIKAP-YMI Wonopringgo Pekalongan” , didirikan oleh Yayasan Madrasah Islamiah (YMI) Wonopringo, Kabupaten Pekalongan, yang persetujuan pendiriannya ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Nomor: Dj. I / 775/2010, tanggal 9 Nopember 2010, bertepatan dengan tanggal 2 Dzul-Hijjah 1431 H.
Sebagai sebuah perguruan tinggi Agama Islam yang baru, memerlukan konsep pendidikan yang jelas, utuh dan komprehensif serta berharap (Insya Allah) agar bisa berdiri dengan kukuh, bisa berjalan dengan baik dan lancar serta menjadi sebuah perguruan tinggi agama Islam sentral- idaman di Kabupaten Pekalongan.
Pemilihan nama “Ki Ageng Pekalongan” memberikan makna dan inspirasi yang sangat berarti dalam usaha merumuskan konsep pendidikan STAIKAP-YMI Wonopringgo Pekalongan dan akan memberikan identitas (ciri khas tersendiri). Dalam kehidupan masyarakat Pekalongan ( dengan slogan kota “Santri“), nama Ki Ageng Pekalongan adalah sosok tokoh yang terpandang (pengageng) di Wilayah Pekalongan, yang tergolong dekat dengan para auliya, seperti tergambar dalam pemakaman beliau di kompleks makam Syekh Maulana Maghribi di Wonobodro, Batang, Pekalongan ( Wilayah Batang sebelum tahun 1966 termasuk dalam wilayah Kabupaten Pekalongan ). Makam beliau berada diatas bukit, seperti halnya makam sebagian para wali dan raja di Jawa.
Para Auliya adalah hamba Allah yang dalam kehidupannya mengedepankan Dzikr – Fikr- dan Amal shaleh. Kehadirannya dimuka bumi sebagai pemimpin umat (cagak bumi), mengajak menegakkan yang hak dan menjauhkan kebatilan. Dalam pandangan masyarakat santri, para Auliya merupakan kekasih Allah yang memiliki kehidupan spesifik dengan kepribadian yang mumpuni dan memiliki keunggulan kompetitif. Mereka memiliki kekuatan iman yang tangguh dari buah dzikirnya, mempunyai pengetahuan dan kedalaman ilmu dari buah ketajaman-dan kearifan berfikirnya, serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi dengan keikhlasan beramal -shalehnya yang atsar, manfaat dan buah amal-pengabdiannya dirasakan bersama oleh masyarakat. Penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran yang diwariskan kepada pengikutnya semata-mata untuk mendekatkan diri (taqorrub-menguatkan iman) kepada Allah dan untuk memperoleh keluhuran derajat di sisi Allah (ridlo Allah) dengan tidak menyia-nyiakan(tetap peduli) akan makna dan kebutuhan hidup didunia. Sikap tawadhu’, toleransi dan kebersamaan senantiasa dijaga dengan mengembangkan berfikir positif dan berbuat kebajikan diantara sesamanya serta berusaha meninggalkan sikap- perilaku yang menimbulkan kerusakan/mafsadat.
Bercermin pada identitas dan keunggulan yang disandang oleh para auliya tersebut, dengan memohon ridlo Allah swt. STAIKAP YMI-Wonopringgo Pekalongan bermaksud menjadikan konsep ajaran tentang ” Dzikr- Fikr- Amal Shaleh” sebagai mana dikembangkan oleh para Ulama-Salafusshaleh, sebagai landasan filosofi dalam menyusun dan merumuskan konsep pendidikan dan keilmuan yang akan dikembang kan, yakni dengan memadukan keselarasan ” Iman, Ilmu dan Amal”.
Dengan demikian konsep pendidikan yang akan dikembangkan STAIKAP- YMI Wonopringgo Pekalongan adalah pola pendidikan dengan rumusan kurikulum dan progam kegiatan yang mampu membangun iklim, “tumbuh dan berkembangnya Iman, Ilmu dan Amal secara terpadu”. Adapun bentuk riil pola pendidikan semacam itu adalah dengan menggabungkan antara tradisi pesantren(ma’had) dan tradisi perguruan tinggi. Pesantren dikenal sebagai wahana penggemblengan, yang berhasil melahirkan pola kehidupan manusia yang mengedepankan d z i k r, sedangkan perguruan tinggi dikenal mampu melahirkan pola kehidupan manusia yang mengedepankan f i k r. Selanjutnya dengan dasar kedua kekuatan tersebut melahirkan manusia yang mau dan mampu berbuat, bekerja-dan beramal-shaleh.
Orientasi pendidikan pada STAIKAP dilandasi oleh keyakinan bahwa ” mencari dan memiliki ilmu pengetahuan yang didasarkan/ diiringi keimanan, kemudian d i amalkan dengan baik dan benar, insya Allah akan memperoleh ridlo Allah dan akan menuntun seseorang mendekatkan diri kepada Allah serta akan memperoleh keluhuran derajat ( periksa misalnya al-mujadalah 11, al-ahqof 19, al-an’am 132). Dengan tidak menafikan arti pentingnya pekerjaan sebagai sumber rizki, kami berpandangan bahwa jika seseorang telah memiliki kedalaman pengetahuan,berfikiran cerdas, berpandangan luas, memiliki keyakinan dan kepercayaan yang kuat tentang arti kehidupan, tawadhu’,berhati lembut, serta mau dan mampu bekerja/ beramal shaleh insya Allah pekerjaan dan rizki akan menyertainya. Konsep amal shaleh dalam hal ini dapat diartikan juga “bekerja secara tulus, jujur, baik, benar dan profesional seta bermanfaat bagi sesama manusia”.
Oleh karena itu pendidikan pada STAIKAP tidak berorientasi untuk menciptakan pekerjaan, tetapi sebagai lembaga pendidikan yang memberikan bekal pengetahuan dan keyakinan yang kuat agar alumninya dapat menjalankan peran sebagai khalifah dimuka bumi, dengan mau berbuat, bekerja yang bermanfaat bagi diri- keluarga dan sesama manusia, dalam ikhtiar mengemban tugas mewujudkan kesejahteraan dan memakmurkan kehidupan bersama sesuai dengan keahlian dan kemampuan masing-masing.(periksa S.al-baqoroh 30 dan S.Hud 61, S.al-Isro’ 84). Sebab sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi sesama manusia.
Usaha memadukan konsep Dzikr, Fikr dan Amal Shaleh dilakukan dengan berbagai pendekatan, antara lain: ketiganya dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh yang dapat dikembangkan dalam proses pendidikan, dalam kontek teori maupun praktek, dalam prospek kehidupan kini/di dunia dan kehidupan yang akan datang/kelak diakhirat dan dalam pengertian jasmaniah maupun rokhaniah serta dalam pengamalan pribadi dan kehidupan bermasyarakat/jama’ah. Kegiatan dzikr dapat dilakukan secara s i r r i atau secara j a h r, secara pribadi atau berjama’ah dibawah bimbingan seorang guru/dosen /mursyid secara langsung/ tidak langsung atau dipadukan dalam proses pembelajaran /materi perkuliahan serta dalam bentuk praktek peribadatan. Pendidikan f i k r diarahkan untuk mempertajam nalar/berfikir.
Pendekatan yang dikembangkan lebih pada kemampuan kreatifitas( pengembangan pemikiran, kebebasan dan keterbukaan) dan pemberian tanggung jawab keilmuan secara mandiri. Bentuk kegiatan perkuliahan lebih bersifat dialogis ( diskusi- bahsul masa’il), penugasan pembuatan karya tulis/ makalah yang didiskusikan dan dipertanggung-jawabkan bersama dibawah bimbingan Dosen, yang berperan sebagai pemberi pencerahan dan fasilitator. Mengembangkan konsep “Amal-Shaleh” sebagaimana diartikan diatas dalam bentuk kegiatan akademik dapat mencakup tiga dimensi, yaitu : Profesionalisme, Pengabdian dan ke ikhlasan dan Kemaslahatan bagi umat/ kehidupan manusia pada umumnya.
Dimensi amal-perbuatan yang professional adalah pekerjaan/ amal yang dilakukan berdasarkan pada keahlian tertentu, dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab serta hasilnya berkualitas tinggi. Dimensi pengabdian dan keikhlasan dalam amal lebih bersifat transenden dan menjadi ciri khusus amal-shaleh.(misalnya, tulus, ikhlas,jujur, baik dan benar).Tanpa dilandasi keikhlasan dan kejujuran suatu amal perbuatan dapat mengakibatkan kerusakan atau cacat. Oleh sebab itu dengan dimensi ini suatu amal- perbuatan akan mendapatkan bobot nilai, manfaat khusus bagi para pelakunya. Dimensi ini juga menghasilkan sikap/ pandangan positif dalam proses pemberian pelayanan/amal kepada sesama dengan cara yang benar, baik dan optimal ( pelayanan prima).Selanjutnya setiap amal shaleh selalu mengandung dimensi ke-umatan yang diharapkan akan menghasilkan kemaslahatan bagi masyarakat pada umumnya dilihat dari berbagai aspek kehidupan bersama.
Seperti telah dikemukakan bahwa konsep pendidikan dan keilmuan yang akan di kembangkan di STAIKAP adalah berdasar pemikiran memadukan keselarasan Iman, ilmu dan amal,yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadis Nabi/Sunnah Rasul. Dengan kedua sumber ilmu yang masih bersifat konsep dasar tersebut, kemudian dielaborasi, dikembangkan sesuai dengan obyek kajiannya yang menghasilkan cabang ilmu yang apabila menggunakan bahasa kontemporer di Indonesia bisa dikategorikan dengan istilah” Ilmu Agama dan Ilmu Umum “. Dengan pengertian lmu agama sebagai ilmu yang bersumber dari wahyu dan ilmu umum dalam arti ilmu yang bersumber dan berasal dari manusia.
Kedua jenis ilmu yang berasal dari sumber yang berbeda tersebut dipelajari secara terpadu, bersama-sama. Perbedaan antara keduanya terletak pada pengalokasian/ distribusi sebagai mata kuliah pokok/ dasar, mata kuliah dasar keahlian dan mata kuliah pengembangan profesi.Mendalami ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan As- Sunnah adalah kewajiban bagi semua mahasiswa STAIKAP, sehingga setiap mahasiswa wajib mengambilnya. Sedangkan untuk mendalami ilmu yang bersumber dari manusia seperti mata kuliah keahlian professi maka hukumnya wajib kifayah, artinya mahasiswa bisa memilih,mengambil sesuai dengan jurusan /program studinya yang diminati. Misalnya ilmu ekonomi untuk prodi ekonomi- syari’ah dan ilmu managemen untuk prodi managemen pendidikan Islam.
Dalam perspektif bangunan kurikulum dengan struktur keilmuan yang memadukan iman-ilmu dan amal, maka hubungannya dapat diilustrasikan dalam gambaran sebuah pohon seperti tersebut dalam surat Ibrahim 24-25, sebagai berikut: “Tidakkah engkau melihat bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya kelangit.Ia memberikan buahnya pada setiap musim dengan se-izin Tuhannya.Allah membuat perumpamaan-perumpamaan untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” Perumpamaan pohon yang baik adalah pohon yang mempunyai akar yang kukuh dan kuat menghunjam kebawah(ashluha tsaabitun), tidak mudah roboh terhempas angin.Pohon baik yang berakar kuat itu akan menumbuhkan batang besar dan kukuh yang tumbuh padanya dahan-dahan dan ranting menjulang keatas(far’uha fissamaa’) dengan daun-daunan dan menghasilkan buah yang sehat dan segar(enak dimakan) disetiap musim.
Akar yang kukuh dan kuat menggambarkan ilmu-ilmu dasar/ushul/ ilmu alat ( ilmu tauhid/kalam, aqidah ahlak, logika / filsafat dan bahasa) yang befungsi menjadi landasan/fundasi dalam memperkokoh keimanan yang selanjutnya akan mengalirkan fikiran- pembuka jalan kearah kajian dan memahami ilmu- ilmu lain.
Batang yang besar dan kukuh menggambarkan ilmu-ilmu dasar yang bersumber langsung dari al qur’an dan al hadis, yang dipergunakan sebagai pedoman dalam kehidupan nyata, seperti ulumul-qur’an, ulumul- hadis, ulumul- fiqh, ushul-fiqh, ilmu hukum, ilmu ekonomi, ilmu-ilmu kemasyarakatan. Dahan dan ranting sebagai cabang dari batang pohon yang besar menggambarkan perkembangan ilmu yang bercabang-cabang dalam banyak disiplin ilmu modern sekarang ini untuk mengembangkan keahlian, spesialisasi dan professionalisme. Selanjutnya dengan menyebut buah dari pohon tersebut menggambarkan hasil ilmu yang diperoleh dari proses penyelenggaraan pendidikan setiap periode untuk diamalkan secara professional dan hasilnya dinikmati oleh masyarakat.Demikianlah gambaran bangunan kurikulum dan stuktur keilmuan STAIKAP Wonopringgo Pekalongan, yang bertujuan menghasilkan manusia beriman, berilmu dan beramal shaleh.
#Simos_27